Secara geografis Indonesia mempunyai 17.000 pulau yang berada di antara dua benua Asia dan
Australia, serta dilalui garis khatulistiwa. Dengan posisi ini, Indonesia
merupakan salah satu Negara yang memiki keanekaragaman hayati besar di dunia.
Dengan luas wilayah 1,3 % dari luas muka bumi, sebagai Negara megabiodiversity,
Indonesia memiliki keanekaragama hayati
satwa sangat tinggi yang terdiri dari
mamalia 515 spesies (12 % dari mamalia dunia), reptil 511 spesies (7,3 % dari spesies reptil di dunia), burung
1.598 spesies (17 % dari spesies di dunia), amphibi 270 spesies, binatang tak
bertulang belakang 2827 spesies, 35 spesies primata, 1400 spesies ikan air tawar dan 121 spesies kupu-kupu (Status
lingkungan hidup, 2008). Disamping itu,
dalam keanekaragaman tumbuhan Indonesia menempati urutan kelima dunia yaitu
dengan ±38.000 spesies (55 % endemik). Lebih dari 50 % jumlah pohon penghasil
kayu di dunia terdapat di Kalimantan (Widhiono, 2009).
Untuk itu perlu adanya upaya khusus untuk melestarikan kekayaan
biodiversitas di Indonesia. Masyarakat Biodiveritas Indonesia (MBI) merupakan
sebuah organisasi yang memperhatikan kekayaan biodiversitas di Indonesia. Pedirian
Masyarakat Biodiveritas Indonesia
berawal dari pembicaraan melalui
E-mail antara pengelola dan
kontributor jurnal Biodiversitas dari berbagai kota di Indonesia maupun dari
luar negeri. Jurnal biodiversitas pertama kali terbit pada tahun 2000. Pada
tahun 2006 jurnal biodiversitas memfasilitasi lahirnya MBI untuk mewadahi para
pembaca dan penulis Biodiversitas
serta pihak-pihak yang peduli keanekaragaman Indonesia. Tahun 2010 MBI, telah menjadi co-publisher jurnal Biodiversitas.
Tahun 2011, tepatnya 23-24 juli bertempat
di Universitas Sebelas Maret Surakarta, MBI mengadakan seminar
Internasional dan konggres pertama. Pada
seminar dan konggres ini dihadiri dari berbagai instansi dan univeritas dari
dalam negeri maupun luar negeri. Kriteria
untuk mengikuti seminar dan konggres di bagi menjadi tiga kriteria peserta.
Peserta presentasi, peserta poster dan peserta biasa. Untuk biaya
pendaftarannya peserta presentasi Rp. 300.000,00, peserta poster Rp.250.000,00
sedangkan peserta biasa Rp.150.000,00. Kebetulan saya (Faradlina Mufti)
mengikuti peserta poster dengan dibiayai dari fakultas dan Mas Royyan .
“Silahkan monggo regitrasi dulu mas”
tutur salah satu penitia. Saya berangkat bersama Mustavid Amna, sesampai di
UNS, sekitar pukul 7.45, bertemu dengan
Pak Widodo dan Pak Ja’far. Kebetulan
beliau menjadi peserta poster dan sekaligus panitia. Acara di mulai jam 8.30
yang di buka oleh Prof. Sutarno sekaligus menjadi keynote speech. Dalam pidatonya Prof. Sutarno menyampaikan tentang pemanasan global dan
hilangnya biodiversitas. Pidato yang kurang lebih satu jam, kemudian
selanjutnya acara presentasi hasil peneletian. Presenter pertama Prof. Alan J.
Lymbrery dari Universitas Mudorf
Australia, kedua Prof. Bambang Hero Saharjo dari IPB Bogor dan yang ketiga
Assc.Prof.Dr.jalifah Latip dari Univeritas Kebangsaan Malaysia. Setelah dari
ketiga presenter meyampaikan hasil peneletiannya diikuti dengan sesi tanya
jawab.
![]() |
Dari kiri : Prof. Bambang Hero Saharjo, Prof. Arief Soendjoto dan Prof. Sutarno
|
Pukul 13.00 acara dilanjutkan dengan presentasi hasil peneletian-peneletian
peserta seminar. Presentasi dilakukan dalam waktu bersamaan secara parallel
dengan ruangan yang berbeda-beda berdsasarkan naskah hasil peneletian. Untuk
karagaman genetik dan biosains ruang
satu, keragaman spesies ruang dau, keragaman ekosistem air ruang tiga, keragaman tumbuhan ruang empat,
keragaman hewan ruang lima, dan etnobiologi ruang enam.
Pukul 16.00 istirahat sholat kemudian dilanjutkan kongres. Konggres di pimpin
langsung ketua MBI Prof.Sutarno. Dalam konggres membahas mulai dari lambang,
AD/ART, sampai pemilihan ketua dan di lanjut pembentukan komposisi kepengurusan
periode 2011-2015. Dalam pemilihan ketua MBI telah disepakati menggunakan azas
musyawarah untuk mencapai mufakat. Akhinya forum memutuskan Prof. Sutarno untuk
memegang kendali MBI periode 2011-2015
dengan berbagai pertimbangan. Adapun susunan pengurus Masyarakat Biodiversitas
Indonesia periode 2011-2015 sebagai
berikut:
Ketua : Prof. Dr.
Sutarno
Wakil ketua : Prof. Dr. Sugiyarto
Sekrtaris : Ahmad Dwi
Setyawan MS.i
Bendahara :
Solikhatun
Bagian pengembagan organisasi :
Prof. Dr. Ir. H. M sarjan, M.Agr.CP
Bagian pengembangan riset :
Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo.
Bagian kerjasama :
Muh. Ja’far Lutfi Ph.D
Bagian pendidikan dan pelatihan :
Prof.Dr.Ir.M arief soendjoto. M.Sc.
![]() |
Peserta seminar dan
konggres photo bersama
|
Pemilihan ketua
dan jajaran pengurusnya berjalan lancar, kemudian dilanjutkan sambutan ketua
terpilih Prof. Sutarno. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan” MBI adalah organisasi milik kita bersama,
untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik diantara kita. Harapanya MBI tidak
hanya wadah sekumpulan orang, namun juga mampu mengelola keanekaraman hayati
dengan baik. Jangan sampai kita menjadi tamu di negeri sediri”.
Sambutan Prof. Sutarno yang kurang lebih
berdurasi setengah jam, saat itu pukul sudah menunjukkan 21.00 kemudian acara
konggres segera ditutup.
Minggu,24 juli 2011.
Minggu pagi yang begitu cerah seiring menyambut seminar internasional dan
konggres MBI di UNS, saya langsung beranjak menuju lokasi. Acara hari ini
dimulai dengan diskusi panel yang di bagi menjadi dua ruangan berdasarkan
konsentrasi keilmuannya. Ruang satu bertemakan “Keragamaan Molekuler Pada
Ikan” dengan pembicara Prof. Alan J.
Lymbrery. Ruang dua bertemakan “Dampak Perubahan iklim Terhadap Biodiversitas”
pembicara Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo. Untuk itu saya lebih memilih
untuk mengikuti diskusi di ruang dua karena saya beranggapan, saya lebih
nyambung dengan diskusi ini. Pada diskusi
ini pembicara menyampaikan berbagai kasus kebakaran hutan di Indonesia, cara
menghitung biomassa dan tentang penulisan
karya ilmiah. Dalam berbagai kasus kebakaran hutan beliau mengatakan “
Mengapa kebaran hutan hampir setiap
tahun terjadi? Ini tampaknya ada gerakan yang direncanakan dan teroganisir”,
nah pertanyaan ini membuat beliau penasaran
untuk mencari tahu. Untuk itu beliau kemudian melakukan pemantauan dan
penyisiran berbagai kasus kebakaran hutan. Beliau mengatakan “kalau media
mengatakan kebakaran disebabkan karena gesekan daun atau ranting, beliau
mencoba mempraktekkannya mengutus beberapa mahasiswa untuk skripsi atau
mengutus bahan praktikum. Alhasil ternyata banyak mahasiswa praktikum
mengatakan “ mana mungkin daun sampai seratus kalipun bisa menyebabkan
kebakaran, daunnya rusaknya iya, tapi kalau terbakar ya mana mungkin, lho wong
sebelum terbakar daunnya sudah rusak duluan”. Begitu juga dengan ranting-ranting
beberapa mahasiswa juga mempraktekkannya. Hasilnya sama juga nihil, gesekan
ranting tidak menghasilkan api, kalaupun terbakar, mana mungkin di hutan
terjadi gesekan ranting sampai seratus kali”. Dari sini tentunya kebakaran
hutan terjadi bukan karena penyebab gesekan daun atau gesekan ranting, lalu apa
yang menjadi penyebabnya?
Ternyata hasilnya peneletian beliau mencengangkan, kasus-kasus kebakaran
yang terjadi di Kalimantan dan Sumatra penyebabnya bukan karena gesekan daun
atau ranting seperti yang ramai disampaikan media-media. Melainkan kebakaran
hutan di sebabkan oleh pembukaan lahan oleh perusahaan-perusahaan. Dari hasil
peneletian ini beliau berhasil menggagalkan empat belas perusahaan asing yang
akan membuka lahan kelapa sawit di lahan gambut. Padahal lahan gambut merupakan
tempat menyimpan air yang cukup besar.
Tanpa terasa satu jam lebih sudah berlalu, diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Ada salah satu pertanyaan yang masih tersimpan
dalam memori otak saya dan saya kira menarik, yaitu pertanyaan yang disampaikan
oleh Prof. Sarjan ”mungkin kebakaran hutan tidak hanya disebabkan karena
pembukaan lahan, tapi mungkin bisa juga terjadi karena bakteri patogen yang
muncul dari bekas potongan kayu, karena bakteri ini menyebabkan kebakaran hutan
jika bakteri ini tumbuh dengan baik bekas potongan kayu tersebut. Hal ini
mungkin bisa terjadi karena di Brasil pernah terjadi kasus kebakaran yang
disebabkan oleh bakteri Patogen”.
![]() |
Peserta seminar dan konggres photo bersama di kraton Surakarta bersama Gusti Puger. |
Faradlina Mufti
Solo, 23-24 juli 2011
4 Komentar
2. sungguh pengetahuan yang berharga
3. Adakah yang tanya apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah kebakaran hutan???
4. Lo benar begitu, sedih rasanya hutanku di perlakukan begitu...
1. terima kasih atas kunjungannya, smoga dapat bermanfaat
2. kebetulan pas saat itu, tidak ada yang nanya sperti itu, tapi klu menjawab, klu menurut saya bekerja sama dengan semua elemen masyarakat penyadartahuan akan betapa pentingnya hutan.
dan swun atas kunjungannya,,,