Senja di Pantai Selatan

Selalu dan selau, menyesal pasti datang di akhir, napa seh menyesal selalu datang di belakang. Banyak sekali ide atau gagasan yang  tersangkut, ketika mbolang, namun yang saya sesalkan banyak sekali juga moment yang menurut saya penting tidak terdokumentasi  entah berupa tulisan maupun foto, karena moment itu mahal harganya. Untuk itu, berangkat dari kegelisahan di atas, saya berupaya mendokumentasikan  mbolang ke watulang gunungkidul, dalam bentuk coretan tanpa makna, entah ada yang baca atau tidak yang penting bagi nulis, nulis, dan nulis.

Terlepas dari kegelisahan diatas, saya awali coretan tanpa makna ini dengan cerita penemuan species yang saya harapan, ketika mbolang ke pesisir pantai selatan. Soalnya spesies ini memang sulit di temukan (versi saya yang kuper g pernah keluar dari tempurung), Saya  baru menemukan spesies ini untuk kedua kalinya, yang pertama saya melihat di pantai Pagak, Purworejo, Jawa Tengah saat biolaska sebagai penyelenggara JBW (Jogya Bird Walk) sekaligus ikut serta dalam AWC (Asian Waterbird Census 2012) beberapa hari yang lalu. Sedangkan yang kedua saya temukan di pesisir pantai selatan Gunungkidul, dan malah lewat dengan rombongan. Satu rombongannya 3-8 ekor,  sore itu jam 16.35 melintas di atas kepala dengan jarak kurang lebih 50 meter. Sampai pukul 16.45 total yang teramati 11 ekor, wauuu…. mantap temuan yang luar biasa (sekali lagi bagi saya yang kuper Ga pernah keluar dari tempurung dan Ga pernah baca), karena spesies ini pernah tercatat di pantai  Krakal, Gunungkidul hanya satu ekor (Tesia_Tim Ekspedisi Ornotologi Biolaska, 2/5/2012).

Selain itu dalam JBA (Jogya Bird List, 2008) pernah tercatat di pantai Samas, Bantul, dan pantai Trisik, Kulonprogo. Namun dalam JBA belum pernah ada catatan spesies ini melintas di pesisir pantai gunungkidul, Yogyakarta.  So..menurut versi saya penemuan spesies ini bisa dikatakan menarik. Spesies apa itu? Sapa lagi kalau tidak  sang pengembara pesisir pantai, yang menepuh perjalanan ribuan kilometer. Cikalang cristmas (Fregatta andrewsi) yah itulah nama burungya, spesies yang berbiak di Pulau Cristmas Australia. Fakta menarik dari spesies ini, menurut versi masyarakat setempat biasa menyebutnya dengan Cangak rengang, kedatangan  burung-burung ini dengan beberapa rombongan, menandakan akan adanya angin dan ombak besar. Hal ini terbukti beberapa waktu lalu di salah satu pantai Gunungkidul ada beberapa gazebo yang roboh di terjang ombak.  (Wawancara langsung dengan Pak Mangun, 29/1/2012). Dan memang pada saat di teramatinya spesies ini terjadi angin bertiup kencang, disertai ombak  besar.

Cikalang cristmas/Cangak rengang
                photo by : FM_01_samsung 1600x1200
Cikalang cristmas/Cangak rengang
                photo by : FM_02_samsung 1600x120
Kurang lebih pukul 16.40 kami mulai beranjak dari rumah pak mangun, dengan di bagi dua kelompok, kelompok pengamat dengan metode pngambilan data tingkat pertemuan dan kelompok pengamat dengan metode mackinnon list. Kelompok pengamat metode tingkat pertemuan dengan komposisi saya sendiri, mas Unt, Arik, dan Nang omen. Sedangkan kelompok pengamat metode mackinnon list dengan komposisi Joko kurik, Nova El Clevpon, Tika sragentina. Kelompok saya jalur tebing atas pantai sedangkan kelompok  Nova El clevpon jalur darat hehe (baca: jalur jalan setapak).  Saat pukul Kurang lebih 16.50 nampak dari arah timur  sang pengembara musim dingin sedang berputar, teramati 4 ekor menuju arah barat daya. Ternyata kelompok Nova El Clevpon  juga melihatnya. Sambil menikmati senja di pesisir pantai,  disuguhi hamparan pasir putih,  dengan pandangan lepas tanpa batas, sedikit-demi sedikit mempelajari ciptaaNya. 

Seiring dengan angin laut tertiup nan begitu kencang, air laut yang  terus setia bertasbih dengan ombaknya yang takpernah lelah.  Sang surya, mulai tenggelam,  Gelappun mulai menyelimuti senja di pesisir, seiring dengan mulai menutupnya dedaunan majemuk, menyambut malam  tiba. Eeh ketika saat asyik menikmati detik-detik sang surya menuju memenuhi penggilan Tuhan, (baca : sunset) dan kami tidak mau ketinggalan moment indah ini. Tiba-tiba terdengar teriakan dari salah satu temen, hoeee,, cikalang maning “ teramati lagi 8 ekor sedang berputar-putar di tangah laut arah timur laut dari pantai Pok Tunggal, Gunungkidul. Wahh mantapppp…

Senja di penghujung pulau Jawa
               foto by :FM_samsung 1600x1200
Antara Nurdin dan Nova el clevpon
               foto by :FM_samsung 1600x1200
ketika korek berpose

Skitar jam 18.00 dome kesayangan sekaligus kebesaran biolaska sudah berdiri kokoh di pesisir pantai selatan. Waktunya sholat maghrib, ayo sholat maghrib sekalian cetus salah satu temen. Sementara saya, nova clepon dan Tika sragentina ambil air wudlu yang lain mempersiapkan hindangan makan malam (baca :obor-obor cethik geni).

Kuranglebih jam 19.15an hidangan menu makan malam sudah siap saji, wah mantap…mbolang kali ini bener-bener makmur, cetus salah satu temen, pasalnya mbolang kali ini ada menu pembukanya dihadirkan lansung dari bumi sragen, matursuwun tika, untuk ketela dan donatnya. Sambil ngemil makan roti jowo (baca: ketela), matursuwun juga buat nangomendewekan yang tetep setia menyiapkan menu makan malam beserta cemilan dan minuman yang cucuk beragam, ada kopi jahe, ada teh celup ada juga kopi kapal api.. wah memang bener-bener makmur dan mantap,he.maksyus lah pokmen,, tak hanya itu, menu makan malam yang luar biasa, berlaukan nasi, dengan menu utama mie isntan racikan omendewekan. Dengan berpiringkan sobekan-sobekan plastic item,  plus sobekan plastic mie instan, beratapkan langit, berlampukan bulan sabit dan bintang-bintang menambah suasana makan malam yang semakin mesra…wkwkwk.. so sweet begete..sekali lagi pokmen maksyuslah.. haha. 
Malampun semakin larut, untuk menghilangkan kejenuhan, kami bernyanyi-berorasi-dan ada juga berpuisi dengan tema “angger nyeplos” dan peralatan se adanya. Di tambah bara api yang seakan tak mampu untuk menerangi malam itu, karena tiupan angin laut yang begitu kencang. Namun Arik hidyatullah dan mas Unt tetep setia berusaha pantang menyerah untuk menghidupkan bara api.  Maturswun pak mas unt , Arik. Dengan jagung bakar hasil rampokan nurdin dari pak mangun, hehe. Peace din, nek ra ngono yo ra mangan jagung bakar  he.he . semakin melengkapi indahnya malam hari di ujung pulu jawa. He. Semakin malam aliran semakin Geje he. Aliran musik dari mulai nyanyi, solawatan, campursari, orasi, puisi hingga reper-reper hadir di malam itu. Malam semakin larut , mata saya tak bisa di paksakan mendorong saya untuk  memejamkan mata. Angin begitu kencang, heran saya kok g dingin y, he atau memang gini ya, angin laut.  Sayup-sayup sebelum tidur terdengar nyanyian omen, nurdin  mengantarkan saya tidur pulas ditengah hembusan angin laut yang begitu kencang, suara desiran ombak nan bagitu besarnya. 

            Tanpa terasa, tiba-tiba sudah jam 5 pagi,  kami bertiga nova el clevpon, Tika sragentina segera ambil wudlu. Eeeh stiba dari mengambil air wudlu nang omendewekan sudah menyala api untuk menu minum pagi, smentara nurdin +arik siap pecking-pecking untuk ke plawangan merapi ambil data kelelawar di gowa jepang.  Setelah usai sholat, sambil menunggu moment sunrise, menyusuri karang-karang  mumpung sedang surut mencari menu pagi hari, sapa tau ada yang bisa dimakan, bulu-bulu babi, atau kepiting-kepiting gitu, eeh teranyata karagnya berbeda dengan karang-karang pantai di gunungkidul lainnya. Karang disini tidak membentuk lobang-lobang tajam, ,sepertinya halnya dengan karang di sundak, krakal, kukup, sehingga bulu babi dan bintang lautnya populasinya sedikit. Eeh ternyata setelah ditunggu kurang lebih stengah jam lebih matahari tidak kunjung muncul dari peraduannya,karena cuaca yang kebetulan mendung.

Hari sudah begitu terang, nampak beberapa para nelayan membawa peraltannya untuk  memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat pecking-pecking, ada bapak-bapak stengah baya menghampiri kami dengan rokok lintingan yang kelihatanya suuuegerr, nampak dari kepulan asapnya yang keluar dari mulut. Topi warna biru berlambangkan tut wuri handayani, baju berwarna putih dengan bagian ketiak kanan sobek skitar 10-15 cm, dan sepatu ketnya yang  kelihatannya cukup lentur dan cukup cocok untuk beradaptasi di batuan karang yang merupakan tempat bapak tersebut mencari nafkah. Ku awali obrolan dengan “
nyuwun ngapunten pak, numpang nderek sare”. 

Posting Komentar

1 Komentar

Unknown mengatakan…
"..dalam JBA belum pernah ada catatan spesies ini melintas di pesisir pantai gunungkidul, Yogyakarta."

di JBA pernah ada catatan perjumpaan dgn Cikalang walaupun memang bukan Cikalang Christmas, tapi Cikalang Kecil tahun 2002 oleh pak Pramana Yuda dkk di pantai Ngongap.