Perkenalan dengan beliau berawal dari handphone saya mati bateraynya habis. HP yang multi fungsi, yang setiap hari sebulan terakhir saya gunakan sebagai GPS offline, untuk blusukan cari titik pengamatan.
Jam tangan masih menunjukan pukul 10.30- an tidak mungkin untuk pulang. Ok. Saya putuskan untuk mencari dan menelusuri pemburu burung di sekitar dukuh Jonggrangan, Desa Jatimulyo. Dukuh yang terletak sebelah utara, Desa Jatimulyo, persis berbatasan dengan Kab. Purworejo, Jawa tengah. Tujuanya adalah untuk cari teman "ngancani" untuk berburu. Tentunya kalau mengajak orang lokal akan berbeda dengan berburu sendiri yang tingak-tinguk dan Krik-krik.
Saya telusuri, satu-satu persatu setiap orang lokal yang saya temui saya tanya. Tentunya, saya duluan yang ditanya, ada perlu apa mas, mencari siapa. dll. Akhirnya pada orang ke-tiga saya menemukan nama Pak Kamil. Saya cari rumahnya dan ketemu.
Setelah menemui beliau, memang benar kalau Bapak ini adalah adalah pemburu burung. Beliau menceritakan dengan antusias tentang perburungan. Mulai dari blusukannya, penangkaran hingga jual beli. Sempat saya mau dikenalkan dengan penadahnya. Tapi kapan kapan saja.
"Saya sejak tahun 70 an blusukan cari burung, bangun rumah saya ini berkat saya ngopeni dan jual khutuk (anak ayam hutan) 6/ 8 mas. Minggu kemarin ini, sebelum pengambilan raport anak saya, saya barusan jual ayam hutan mas, ya lumayan mas buat bayar ujian anak saya. Bentar lagi anak saya ujian nasional ". Ungkap beliau.
Beliau juga menceritakan, kalau berburu yang diambil hanya anaknya saja. Kemudian dirawat dan dijual. Indukannya tidak diambil dengan alasan biar besok bertelur lagi. Namun, karena banyak yang nyari, dari desa tetangga juga kadang sering mencari burung ke desa ini. Akhirnya burungnya pada habis tinggal burung kecil-kecil. Colibri, Ciblek, Tilang emas dll
(dalam bahasa pasar).
Tapi sejak adanya PeR-Des, perburuan dari desa sebelah ataupun dari luar sudah berkurang banyak. Pernah sekali menemukan, orang yang sedang memikat burung, orang dari luar desa Jatimulyo. Saat beliau sedang cari rumput untuk pakan ternak. Kebetulan juga saat itu, ketahuan dengan pemuda karang taruna setempat, motor pemburu tersebut digulingkan hingga masuk ke semak-semak. Motor ditungguin sampai di pemiliknya datang. Setelah orangnya datang, burung hasil buruan diminta untuk dilepaskan, kalau tidak dilepaskan tidak boleh pulang. Motornya ditahan, dibiarkan di semak semak.
Ada juga yang ketahuan sama pemuda karang taruna, ban motornya pemburu di sobek pakai pisau. Dan ditinggal begitu saja. Ya akhirnya mau tidak mau, pemburu tersebut harus nuntun motornya.
Hampir satu jam berlalu, terlarut dengan cerita-cerita Pak Kamil. Tiba-tiba terdengar suara burung sogok onthong (Pijantung gunung) mampir ke jantung pisang samping rumah. Oke saya sikat saja.
Kemudian saya juga ditunjukan peliharaan beliau, ada sepasang Ayam hutan hijau dan tiga ekor Bajing kecil.
Burung Pijantung gunung/Arachnothera affinis
Berhubung hujan sudah agak reda, sinar matahari mulai menembus sela-sela pepohonan sengon dan kopi. Sesuai tujuan awal saya, untuk menemani cari burung.
Oke berangkat. Mari blusukan kita.
Memang beda blusukan sendiri tolah-toleh dan krik-krik dibanding dengan blusukan bersama orang lokal pemburu pula. Saya diajak blusukan ke kebun belakang rumah Pak Kamil. Baru di belakang rumah saja sudah war-wer. Srigunting, Kangkok Rangting, Burung madu jawa, Kadalan birah, Cikrak Kutub dan tentunya Pijantung gunung yang was -wes.
Sarang yang ketemu pertama, sudah kosong, kedua dimakan predator entah ular atau yang lain, dan yang ketiga masih ada telornya satu. Bapak nunjukin saya dengan antusias, sampai dekat banget dengan sarang.
Eh, oya Pak kalau dekat-dekat gini kira kira mengganggu atau tidak Pak ?
Enggak mas. Tenang. Nanti burungnya kesini lagi kok.
Oke pak, Kapan kapan kalau lagi si indukan memberi makan kasih kabar nggih Pak. Saya mau ambil gambarnya.
Sleman, 25 Desember 2019
0 Komentar