Judul : Sulawesi utara: Sebuah Panduan Sejarah Alam
Judul resensi : Mengintip Sulawesi utara
Pengarang : Dr. Margaret F Kinnaird
Penerbit : Yayasan Pengembang Wallaceae
Tahun Terbit : 1997
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 82 hal.
![]() |
Cover depan |
Saya kira tidak asing lagi bagi telinga kita dengan peribahasa” Buku adalah jendela dunia”. Memang dengan buku seolah kita menerobos sejarah masa lalu, bisa meneropong belahan dunia lain tanpa batas. Lewat buku karangan Margaret F Kinnaird ini terbius dengan buaian eksostisme pulau Sulawesi beserta isinya. Pulau yang merentang bagaikan seeekor laba-laba mabuk di peraian laut antara Kalimatan dan Maluku. Lengan panjang ramping semenanjung utara yang bergunung-gunung merupakan bagian terbesar pulau yang seoalah tak terbentuk.
Kemolekan fisik pulau Sulawesi, dengan pegunungan yang bersellimut hutan dengan terumbu karang yang mengagumkan, hanya dikalahkan oleh kehidupan biologinya yang sangat menggoda. Sulawesi adalah pulau terbesar dan paling penting di Wallaceae, suatu wilayah unik di dunia. Tempat becampurnya tumbuhan dan binatang dari Asia dan Australia; tempat monyet Asia berbagi hunian dengan kuskus, mamalia berkantung Asli Australia. Jenis aneh seperti babirusa dengan taringnya yang mencuat ke atas yang fungsinya masih misteri sampai sekarang (hal 51). Burung maleo yang membiarkan telurnya menetas di kehangatan tanah vulkanis dan kita mempunnyai campuran yang tiada duanya.
Pulau inilah yang menarik bapak Biogeografi dunia, Alfred Russel Wallace untuk mengadakan perjalanan pada akhir tahun 1850 an. Pada saat itu kita (bangsa Indonesia) belum lahir, belum ada nama Indonesia, masih dalam suku-suku dan masih berperang melawaan penjajahan. Dan Ternnyata penjajahan tidak dalam bentuk fisik saja,namun dalam bentuk ilmu pengetahuan seperti halnya ini. Wallace Seorang ahli alam yang terkenal dari Inggris yang namanya diabadikan dalam sebuah garis berdasarkan perubahan khas kehidupan margasatwa yang di tarik antara Bali dan Lombok serta Kalimantan dan Sulawesi. Garis ini yang terkenal dengan Garis Wallace”.
Tujuan mendasar buku adalah memberikan informasi mengenai sejarah alam Sulawesi utara beserta kehidupan penghuninya yang langka dan luar biasa. Bab pertama pembaca disuguhkan sejarah Geologi pulau Sulawesi. Bentuk pulau Sulawesi yang menggambarkan sejarah pergeseran, pembenturan, pergolakan, dan kagiatan Gunung api massa lalu. Sejarah Pulau ini berawal kira-kira 200 juta tahun yang lalu ketika dinosaurus masih berkeliaran di bumi dan superbenua purba Gondwanaland mulai terpecah-pecah. Didalam buku ini dilengkapi dengan gambar visualisasi pola pergerakan bumi dari mulai superbenua 200 juta tahun yang lalu, massa daratan 60-70 juta tahun yang lalu sampai benua-benua yang tebentuk sekarang. Pada proses panjang ini terjadilah pertemuan penting sementara antara Asia dan Australia yang memungkinkan berpindahnya flora dan fauna yang sedang berevolusi. Salah satu pecahan mencakup daratan yang sekarang menjadi Sulewesi barat, Sumatra dan Kalimatan. Sejarah geologi yang sedemikian kompleks mempengaruhi iklim dan keanekaragamana hayatinya.
Dalam buku ini, Margaret menyajikan ragam ekosistem beserta tumbuhan sebagai ciri khas dari masing-masing ekosistem di Sulawesi utara. Menurut para botanis di Sulawesi ada sekitar 5000 jenis tumbuhan, namun sayang hanya sedikit koleksi botani yang diadakan. Selain itu juga menyajikan satwa liarnya beranekaragam dengan ciri khasnya dan keunikan masing-masing. Mulai dari Tarantula, kupu-kupu “saputangan”, Ideaa sp, penyu Belimbing yang panjangnya dapat mencapai 2,5 m, Tangkasi (Tarsius spectrum) primata mungil dengan berat sekitar 100 gram atau yang terkenal binatang hantu karena jeritanya tidak seimbang dengan besar tubuhnya.
Disamping itu, pada halaman sampul belakang Margareth juga
mencamtumkan halaman pertama catatan harian A.R. Wallace yang
menggambarkan kedatanganya di bali pada 13 juni 1856. Catatan ini
diperoleh dari buku “ The Malay Arcipelago”.
![]() |
Cover belakang |
Namun sayang lagi-lagi bule yang menulis, seorang ekologi konservasi senior di Wildlife Conservation Society dan direktur Mpala Research Centre berkebangsaan Amerika. Tapi tidak apa-apa, memang kadang kita selalu
baru sadar akan kekayaan negeri kita ketika orang lain [bangsa lain]
setelah mengklaimnya/mendokumentasikannya dalam bentuk apapun entah
tulisan maupun foto. Entah sudah berapa ribu eksemplar di terbitkan dan
sudah berapa ribu awetan yang dibawa ke luar sana. Ya, semoga saja suatu saat nanti bisa membuatnya sendiri dan tentunya semoga bisa berkunjung ke Sulawesi.
Buku,
0 Komentar